Jumat, 16 Maret 2012

Dokter Gigi on Tuesday, September 20, 2011 at 10:12pm

Saat itu pukul 11 malam untuk daerah Jember dan sekitarya. Tak ada yang lebih menyebalkan daripada malam dimana aku, dengan semangat empat lima-ku menentang angin malam dan sepi jalanan demi memotong seutas kawat yang mulai menonjol dirahang atas mulutku, mengoyak pipi bagian dalamku setiap kali aku makan maupun tertawa. 
Maka dengan dada membusung dan hati terharu, aku keluarkan bebek hitam kesayangan (karena memang motor semata wayangku) kugandakan jaket untuk melindungi tubuh, jilbab sebagai penghangat kepala (karena aku yakin jilbab yang kugunakan waktu itu bukan sebagai penutup aurat sebagaimana orang taat mengenakannya), kemudian kupasang 
helm usang yang aku juga tak yakin 
penggunaannya sebagai bentuk tata tertib lalu lintas, melainkan sebagai penghadang angin malam semata (Tolong ya, kebiasaan buruk ini jangan ditiru, apalagi disebarluaskan, kasian pak kiai dan pak polisi, mereka sampe berbusa menyadarkan umat dan masyarakat. Kalo tidak ingin membantu, setidaknya jangan 
mengganggu jihad mereka dalam 
usaha penertiban jiwa dan raga. Haha). Eh, ini tadi bahas apa yak? koq jadi ngelantur begini? Hahagz! Oya, sampe depan kost.. Akhirnya dengan penampilan yang lebih mirip tukang ojek daripada seorang mahasiswi, aku terjang jalanan sepi dan getir hati (mulai lebay!) demi menemui dokter ahli ortodonti yang menangani behel dirahang atasku. 
Jembatan Semanggi yang angker aku lewati dimalam Jumat itu, sempet ngeliat bayangan sih disana... Tapi aku ga yakin itu bayangan manusia atau pohon. peduli setan ?! ihihihi 
Setelah sekitar sepuluh menit sampai 
juga aku di praktek dokter yang berusia senja dan bersahaja dan juga irit kata itu. Tetapi kemudian aku terperangah (gapake lebay kayak di sinetron loh..) mendapati sekitar tiga biji (mo pake 'ekor ' 
takut kualat :p) kakek-kakek lansia 
bergegas pulang setelah menutup 
semua pintu di tempat itu. "udah 
tutup mbak... besok aja dateng lagi " 
cetus salah satunya. (Aku bergumam 
dalam hati, sejak kapan aku nikah 
sama kakaknya ?! koq dia panggil aku 
'mbak? Huft. dasar kakek - kakek alay!) Hahagz.. 
Akhirnya dengan raut kecewa kupandu 
bebekku kembali ke jalanan tadi, balik 
ke kost. Berkeping hatiku dibuatnya. 
Pengorbananku sia-sia. hikz.. sakiiit !! (lebay kumat !) 
Tak cukup sampai disini, setelah 
membuka pintu pagar dan memasukkan bebek ke halaman kost, perutku angkat bicara, pengen nasi 
goreng ikan asin, katanya. Alamaaaakk keluar lagi?? Huft! Antara rasa bersalah karena takut gendut dan napsu makan yang semakin mendesak, akhirnya setelah negoisasi antara perut yang lapar dan hati yang enggan terjadi di otak dengan sangat alot, aku putuskan untuk menuntun kembali bebekku keluar pagar kost, menungganginya sampai di warung nasi goreng depan SMA 1, jam setengah 12an malam! setelah 
sebelumnya melewati rute muter bak 
tawaf karena takut hantu nongol kalo 
lewat jalan pintas. 
Sesampainya di warung nasi goreng tadi, perasaanku sedikit terhibur mendengar musik dangdut yang riang dari radio milik pak warung (Yaiyalah masa punya pak 
erte?!) :p 
Singkat cerita, aku kembali ke kost 
dengan sebungkus nasi goreng ikan 
asin dalam tas kuliah yang aku letakkan 
di dada, dan aku peluk dengan mesra. (Hati- hati! ini salah satu dampak 
negatif Long Distance Relationshit; 
terlalu berlebihan menyayangi benda-benda, mungkin karena jablay ato emang aku uda gila. Ah, sudahlah tak usah dipermasalahkan... sehat dan gila beda tipis koq!) 
Dari ujung gang, buru-buru aku masuk kost, tak sabar rasanya ingin segera melahap nasi goreng ikan asin yang biasanya maknyus itu. Tapi ternyata pada suapan sekitar kelima, aku sadar bahwa nasi itu rasanya asiiiiin banget, ga seperti biasa. Aku kecewa tapi tak bisa berbuat apa-apa. Akhirnya dengan terpaksa, kuhabiskan saja sebungkus nasi itu, lalu aku tidur. 
Pagi hari aku mulai merasa aneh dengan badanku yang mual karena masuk angin disusul diare. Aku pikir sakit diare biasa.. Aku biarin aja diare, hitung-hitung buat pengosongan perut biar langsing. Ga taunya jumat tengah malem sakitku semakin menjadi, mengantarkanku pada pengalaman pertama diopname. 
Yaa itulah serangkai kisah ceroboh dan tamak ku empat hari lalu, cuma gara-gara kelayapan tengah malem ga lebih dari sejam badanku sekarang langsung keok! 

Duuuh Gusti, ampuni aku yang agak hiperaktif ini. (--)'

Tidak ada komentar:

Posting Komentar